
jejakkasus.co.id, PAMEKASAN – Penindakan terhadap rokok lokal oleh aparat Bea Cukai kembali menuai sorotan. Di mata masyarakat kecil, khususnya di Pulau Madura, tindakan tersebut seakan menjadi “bayangan kehancuran” bagi industri rokok rakyat yang selama ini menjadi penopang ekonomi sehari-hari.
Sebagian besar masyarakat Madura menggantungkan hidupnya pada produksi lintingan rokok lokal. Namun, kebijakan penindakan dan penyitaan justru dinilai memperburuk keadaan.
Harga tembakau di tingkat petani turun drastis, sementara kesejahteraan yang dijanjikan pemerintah semakin jauh dari harapan.
“Bea Cukai seolah menjadi malaikat pencabut nyawa bagi rokok lokal. Bukannya mensejahterakan rakyat, tapi malah membuat mereka semakin sengsara,” keluh seorang warga.
Masyarakat menilai, sistem yang terus menekan produksi rokok lokal membuat rakyat kecil seolah diperlakukan sebagai musuh negara.
Padahal, tembakau dan rokok lokal bukan sekadar produk, melainkan sumber penghidupan bagi ribuan keluarga di desa-desa.
Di sisi lain, masyarakat juga menyinggung masalah keadilan sosial. Mereka mempertanyakan mengapa rakyat diminta taat membayar pajak, sementara praktik korupsi masih merajalela.
“Gaji para pejabat dan wakil rakyat begitu tinggi, tapi kesejahteraan rakyat kecil diabaikan. Korupsi seakan sudah menjadi hak paten,” kritik salah satu tokoh masyarakat.
Rokok lokal bagi masyarakat Madura dipandang sebagai urat nadi ekonomi desa. Karena itu, mereka berharap pemerintah tidak hanya menindak, tetapi juga mencari solusi agar industri rakyat tetap bertahan.
Masyarakat mengingatkan, setiap kebijakan yang menekan rakyat akan dipertanggungjawabkan, baik di dunia maupun di akhirat.
“Dunia hanya sementara, akhiratlah yang kekal,” tegas mereka.
(Marta)