
jejakkasus.co.id, MUARA ENIM – Dari batu bara berkalori rendah, lahirlah harapan baru bagi dunia pertanian. Produk bernama Kalium Humat menjadi bukti bahwa Batubara tidak hanya bisa dibakar sebagai sumber energi, tetapi juga mampu memberi kehidupan baru bagi tanah dan tanaman melalui teknologi hilirisasi.
Inovasi Kalium Humat bukan sekadar soal teknologi. Produk ini menjadi jembatan yang menghubungkan dua dunia yang selama ini dianggap berjauhan: pertambangan dan pertanian. Dari lahan tambang yang identik dengan energi fosil, kini lahir energi baru yang menumbuhkan kehidupan di sawah dan ladang.
Kehadiran Kalium Humat merupakan hasil kolaborasi riset dan pengembangan antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk meningkatkan nilai tambah batu bara. Pada Agustus 2025, keduanya resmi meluncurkan pilot project alat produksi Kalium Humat.
Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, menegaskan bahwa inisiatif ini membuktikan batu bara dapat diolah menjadi produk bernilai tambah yang ramah lingkungan serta memberi manfaat nyata, khususnya bagi petani. Kolaborasi ini juga sejalan dengan program pemerintah terkait hilirisasi dan swasembada pangan.
“Sejalan dengan Asta Cita Presiden Republik Indonesia yang berfokus pada kemandirian pangan, hilirisasi industri, dan kesejahteraan masyarakat. Melalui proyek percontohan ini, PTBA bertekad memberikan kontribusi nyata bagi agenda pembangunan nasional,” ujar Arsal.
Sebagai anggota holding BUMN Pertambangan, PTBA juga telah menyiapkan Kalium Humat dengan merek BA Grow yang akan dipasarkan dalam bentuk padat dan cair. Implementasi awalnya telah dilakukan di demplot pertanian Desa Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hasil uji coba menunjukkan hasil menggembirakan. Penggunaan Kalium Humat mampu meningkatkan produktivitas pertanian hingga 30 persen serta mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen.
Hasan Asnawi, salah satu petani dari Kelompok Tani Bimomartani, mengaku merasakan langsung manfaat Kalium Humat.
“Pemakaian Kalium Humat terbukti meningkatkan kesuburan tanah dan hasil panen, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk urea dan NPK,” jelas Asnawi.
Ia juga berharap BA Grow dapat segera digunakan secara luas oleh petani di seluruh Indonesia.
“Hasilnya memang berbeda. Beras yang dihasilkan pun terasa lebih enak,” tambahnya.
(Agus PS)