Reuni Mahasiswa Alumni AS, AHY Ajak Indonesia Ubah Perbedaan Jadi Kekuatan Bersama

Jakarta- AHY merupakan salah satu mahasiswa alumni yang pernah mengambil pendidikan di beberapa univeristas ternama Amerika Serikat, antara lain program master di bidang Public Administration di Harvard, Sekolah US Army and General Staff College, Fort Leavenworth dengan peringkat Summa Cumlaude, dan Universitas Webster jurusan Master of Arts in Leadership and Management.

Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan bahwa keberagaman adalah kekuatan. “Indonesia, juga bisa dan harus maju atas perbedaan yang kita miliki,” kata AHY. Ia menekankan bahwa keberagaman dan kesan the American Dream yang didapatnya ketika bersekolah di AS juga bisa diwujudkan Indonesia. Hal tersebut disampaikan AHY saat diundang sebagai keynote speech acara “Homecoming: A Celebration of Indonesian Alumni of U.S. Universities” yang diselenggarakan American Chambers (AmCham) Indonesia di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Jumat (8/11) malam.

Turut hadir dalam acara reuni alumni mahasiswa universitas AS asal Indonesia, antara lain Managing Director of the American Chamber of Commerce in Indonesia Lin Neumann, Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong, Komisioner Independen PT Garuda Indonesia Hasan Soedjono, dan juru masak selebriti Farah Quinn.

Di depan para alumni dan tamu kehormatan, AHY bercerita tentang pengalamannya saat mengenyam pendidikan di negeri Paman Sam. Dimulai dari pengalaman pertamanya saat bersekolah di AS pada usia 12 tahun, ketika ayahnya bersekolah di Army Command and General Staff College di Leavenworth, Kansas.

“Kilas balik pada tahun 1990, ini merupakan pengalaman pertama saya dalam banyak hal. Pertama kali memiliki paspor, pertama kali bepergian ke luar negeri, pertama kali belajar Bahasa Inggris, dan dengan senangnya pertama kali menggenggam salju di tangan saya. Layaknya anak kecil, saya sangat senang sekali,” cerita AHY tentang pengalamannya. AHY berbagi cerita bagaimana ia berjuang dan berhasil menuai prestasi di kelas meskipun pada awalnya mengalami kesulitan.

Pengalaman lain yang sangat ia ingat adalah ketika mengambil mata kuliah “Running for Office and Managing Campaigns” di Harvard University. “Profesor saya sempat bertanya-tanya, kenapa seorang perwira muda berpangkat kapten mau mengambil mata kuliah ini. Saya jujur sangat tertarik mempelajari bagaimana kampanye modern dijalankan dalam pemilu demokratis,” lanjutnya.

“Saya tidak menyangka, enam tahun kemudian pelajaran itu sangat membantu saya semasa kampanye DKI Jakarta lalu. Tapi karena saya kalah, mungkin saya harus protes dengan profesor saya,” canda AHY disambut gelak tawa hadirin yang hadir.

“Yang menjadi pelajaran penting adalah, pertama, kita harus selalu memiliki pemikiran yang terbuka dan belajar bagaimana beradaptasi pada lingkungan. Memiliki kepercayaan diri, dan jangan pernah menghindar dari kompetisi,” terangnya.

Pelajaran penting lain yang ia petik ketika bersekolah di Amerika adalah bahwa kolaborasi dan kerja sama adalah cara terbaik untuk mencapai tujuan besar. “Sinergi dan kolaborasi. Kita hanya bisa mencapai hasil optimal dan mencapai tujuan strategis melalui kerja bersama,” ungkap alumni Harvard Kennedy School tahun 2012 itu.

Lebih lanjut, AHY berharap agar kerja sama antara Indonesia dan Amerika Serikat bisa terus terjalin, terutama dalam pengembangan sumber daya manusia. “Mari kita bekerja bersama dan berkolaborasi, untuk mengembangkan hubungan antara negara kita. Hubungan antara perorangan, adalah kunci dalam mempromosikan kerja sama yang ada dalam berbagai sektor pemerintahan, mulai dari bisnis, perdagangan, budaya, dan tentunya pendidikan.

“Saya berharap kegiatan reuni ini menjadi acara yang tidak terlupakan, sebagaimana kita merayakan keberagaman, kolaborasi, dan kesejahteraan,” tutupnya. (Sumber : Ni Luh Putu Caosa Indryani, Chief Communication Officer The Yudhoyono Institute). (Len)

 

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *