Jawa Timur: Rokok Lokal Madura Dongkrak Ekonomi Warga, Tapi Diburu Layaknya “Macan Kelaparan”

jejakkasus.co.id, PAMEKASAN – Produksi rokok lokal di Pulau Madura dinilai membawa dampak positif bagi masyarakat setempat. Namun, keberadaannya masih saja dipermasalahkan dan bahkan seakan diburu layaknya “macan kelaparan”. Apa yang sebenarnya terjadi?

‎Menurut Babe Rud, keberadaan pabrik rokok lokal telah memberikan banyak manfaat, mulai dari peningkatan ekonomi masyarakat, membuka lapangan pekerjaan, hingga membantu mengentaskan kemiskinan.

“Apalagi hampir seluruh masyarakat Pulau Madura sangat antusias menanam tembakau untuk dijual ke pabrik lokal yang ada di Madura dengan harga yang lumayan tinggi,” ujarnya.

Tembakau yang dirajang, digulung, dan diolah menjadi rokok tradisional Madura memberi dampak besar bagi masyarakat kecil, khususnya di Pamekasan.

Meski demikian, masih ada pihak-pihak yang mempermasalahkan produksi rokok lokal ini. Bahkan, anehnya lagi, demonstrasi ke Kantor Bea Cukai Madura justru dilakukan oleh masyarakat Madura sendiri dengan alasan merugikan negara karena dianggap tidak memberikan pemasukan pajak.

‎Padahal, dalam perspektif hukum Islam terdapat riwayat hadis yang menegaskan keharaman pemungutan pajak.

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga pemungut pajak (cukai)” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Al-Hakim).

‎Hal ini dipahami bahwa dalam sistem pemerintahan Islam, rakyat tidak dibebani pajak, karena sistem ekonominya tidak berbasis pada pungutan tersebut.

Penguasa dalam Islam diposisikan sebagai pelayan rakyat, bukan pemalak rakyat. Oleh sebab itu, model pajak sebagaimana dalam sistem kapitalisme dianggap haram.

‎“Alhamdulillah, dengan adanya produksi rokok lokal Madura, pengaruhnya sangat besar terhadap perekonomian rakyat,” tutup Marta.

‎(MRT)